Kembali Menikmati Hidup

Jika kamu ingin menjadi pemimpin besar maka menulislah seperti wartawan dan berbicara seperti orator.

—–Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto

 

Sudah lama tidak menulis dan menuangkan pikiran. Keinginan untuk kembali merangsang otak untuk menulis terbersit setelah pulang menumpang Commuter Line  dari Stasiun Pasar Minggu Baru. Kereta Rel Listrik (KRL) saat itu tidak begitu ramai, setidaknya saya mendapat tempat duduk di kursi yang berposisi di dekat pintu masuk gerbong. Sembari melihat Surat Pengunduran dari Kantor, saya kembali ingin menikmati kembali hobi dan mengasah kembali kemampuan yang selama ini mandek. Maklum, saya sebelum resign bekerja sebagai Reporter di salah satu media cetak Indonesia. Kantornya berada di belakang Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Saya diterima diperusahaan ini dan mulai bekerja pada bulan April 2019. Saat itu memang niat awalnya tertarik untuk mengabdi di dunia Jurnalistik. Walaupun, saya yang tidak ada latar belakang di dunia jurnalistik. Singkat cerita, setelah bekerja dan mendapatkan pengalaman di media ini saya memutuskan untuk resign. Saya memiliki beberapa alasan untuk resign.

Pertama,  saya sudah diterima bekerja di tempat lain. Jadi mau tidak mau saya harus mengundurkan diri dari pekerjaan sekarang. Kedua, saya sedikit kurang nyaman dengan kondisi toxic di kantor tersebut. Memang, media ini sudah terkenal dan memiliki nama yang cukup mentereng. Namun, banyak oknum di dalam ini tidak menerima masukan dan kritik untuk perbaikan. Apalagi saya yang sering melihat teman-teman memberikan masukan yang membangun untuk kemajuan sistem pemberitaan cenderung dimentahkan dengan omongan atasan yang “Gue dulu bla bla bla” dan ” Ah gak bisa gitu, jangan banyak cakap bla bla“. Banyak teman-teman sesama reporter mengeluhkan kepemimpinan atasan yang tidak menerima masukan dan terkesan bossy. Jadi saya jengah dengan keadaan seperti itu. Jadi meninggalkan tempat yang toxic adalah pilihan yang saya tempuh demi kebaikan dan kemaslahatan bersama. Kenapa saya simpulkan begitu? Pikiran dan hidup saya akan nyaman meninggalkan lingkungan yang tidak mau berkembang menjadi lebih baik. Kemudian, sang bos juga masih tetap bisa menikmati pekerjaanya tanpa ada orang yang mengusik. Itu lebih baik.

Menikmati Masa Menganggur (lagi).

Hari-hari setelah menganggur saya nikmati kembali dengan perencanaan. Yang saya sebut “Wacana Penganggur”. Wacana ini saya susun dan saya rencanakan dengan matang. Karena setiap pewacanaan/perencanaan harus dipersiapkan dengan matang. Apalagi saya sangat terinspirasi dengan  kutipan dari Benjamin Franklin:

“If you fail to plan, you are planning to fail”

Hal pertama yang saya rencanakan adalah kembali menulis. Singkat saja dan tidak perlu ndakik-ndakik dulu. Karena kemampuan menulis saya selama bekerja hanya berkutat di jenis penulisan Hard News (berita headline atau berita teraktual, lugas, singkat, langsung ke pokok persoalan). Walaupun saya banyak belajar menulis ketika di media, tapi itu belum cukup dan saya belum puas. Saya ingin kembali memperdalam dan melukis kosa kata di kanvas putih. Baik itu dari segi pemikiran akademik maupun dari segi tulisan populer. Cerita ini juga salah satu bentuk i’tikad baik saya kepada Wacana Penganggur untuk memenuhi poin-poin yang sudah diwacanakan.

Kemudian kembali membaca koleksi buku-buku yang dibawa. Jujur, koleksi buku-buku saya setelah menjadi karyawan terbengkalai. Hanya jadi penghuni kardus. Ingin kembali menambah ilmu melalui buku. Alhamdulillah semenjak resign kemarin saya sudah memulai kembali menikmati buku pertama menjadi pengangguran. Judul bukunya yaitu SBY: Selalu Ada Pilihan yang jumlah halamanya hampir seperti kitab. Namun ada yang saya sayangkan. Kemungkinan target Goodreads saya akan melenceng tahun ini.  *Kalau anda memiliki akun boleh menambahkan akun Goodreads saya.

Capture2
Reading Challenge saya di Goodreads belum terpenuhi tahun ini.

Setelah itu aktivitas lain adalah tetap berolahraga teratur. Baik itu olahraga yang bersifat kompetisi seperti basket maupun olahraga seperti lari. Sayang kondisi di Jakarta saat tulisan ini diterbitkan, suasana dan kualitas udaranya tidak baik. Semoga kondisi udara di Jabodetabek kembali kondusif.

Tantangan yang saya lihat dalam mewujudkan perencanaan ini adalah konsistensi dan repetisi yang baik. Menjadi tantangan bagi saya untuk tetap konsisten dan tetap dijalur perencanaan. Bagi manusia konsistensi dan repetisi itu penting. Seperti yang saya pelajari ketika berkesempatan mewawancarai Dr Sukono Djojoatmodjo SpS
Direktur Klinik Wijaya yang berfokus merehabilitasi orang-orang penyakit stroke. Dirinya memperkenalkan suatu istilah kedokteran dalam Ilmu saraf Manusia yang bernama Neuroplastisitas.

Dalam penjelasan dokter itu yang saya tangkap adalah  kemampuan otak untuk melakukan reorganisasi dan interkoneksi baru pada saraf.  Plastisitas menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Prinsipnya sendiri yaitu latihan spesifik dengan repetisi (pengulangan) yang terus menerus apa yang dilakukan.  Maka niscaya akan memberi hasil yang efektif. Dalam hal ini  berlaku prinsip “use it or lose it”  seperti penjelasan beliau. Syukurnya saya walaupun lulus dengan gelar Sarjana Ilmu Politik tapi masih memahami konsep ilmu kedokteran. Contoh awamnya diterapkan langsung oleh dokter sukono ini. Beliau lebih memilih tangga setiap naik ke kantornya di lantai 5. Padahal bangunan klinik punya dirinya ini memiliki lift.

“Mas Pinto, saya ini memang sudah kebiasaan seperti ini, tubuh kita kalau ga digunakan secara terus dan dilatih akan kehilangan fungsinya. Jadi walaupun saya sudah tua saya harus melatihnya terus” 

Seketika saya takjub dengan pernyataan pak dokter ini.  Hal ini juga senada dengan pepatah dari kampuang nan jauah di mato.

“Apa kaji dek baulang, Pasa jalan dek batampuah”

artinya “Hafal ilmu karena sering diulang, jalanan berbekas karena sering ditempuh”.

Kesimpulan

Saya menjadikan cerita ini sebagai ajang pemanasan untuk kembali menulis. Kemudian saya juga ingin menikmati masa-masa menganggur dengan kegiatan serta hobi yang  saya senangi. Semoga teman-teman yang sedang beraktivitas dan menyempatkan membaca cerita saya ini menikmati kembali hidupnya dan sadar bahwa hidup ini adalah nikmat tuhan. Cara kita bersyukur nikmat tuhan adalah tetap menjaga hidup dan raga ini sebagaimana mestinya.

Satu pendapat untuk “Kembali Menikmati Hidup

Komentar ditutup.